Para aktor politik kian lihai melawak. Duh, mengkin ke depan
guyonana para pelawak tergeser dengan para politikus. Saya belum bisa
membayangkan, artis Opera Van Java diganti orang parpol. Nunung diganti Bu
Mega, Abu Rizal mengganti Abu bolot (Aziz Bolot maksudnya), Anas Urbaningrum, Puan,
ada lagi yang lebih kocak macam Ahok dan Haji Lulung.
Bagaimana tak lucu, humor-humor mereka terpampang jelas
dimedia. Sengaja atau tidak, joki mereka memang membuat tertawa. Kita kembali
bernostalgia pemilu 2004 (kalo tidak salah), waktu ditanya perasaan Bu Mega
kalah oleh pak Beye yang bekas menteri sendiri, Bu Meg menjawab “Saya tidak kalah,
saya hanya kurang suara” mengenang hal tersebut membuat perut saya getar
tertawa.
Kalau para pelawak lucu dengan mengolok-olok orang, canda
dengan menghina teman, beda dengan Kang Anas yang lucunya lebih ekstrem. “Kalau
saya terbukti korupsi satu rupiahpun, saya siap digantung di Monas”, kata Kang
Anas. Gantung diri macam apa dan dimanapun adalah hal yang tidak diinginkan,
meskipun ditempat sebagus Monas. Masyarakatpun percaya, dan yakin kalau Anas
Urbaningrum tidak bersalah. Selang beberapa waktu, KPK memutuskan Anas
bersalah, alias terdakwah. Berbondong-bondong masyarakat siap menyaksikan aksi
debus Anas di Monas, tapi tak jadi sembari bilang “Saya sedang didholimi”.
Denger ucapan itu saya tertawa lepas, lepaskan saja mas lepaskan.
Ada juga yang mencoba-coba mencelupkan muka didunia
perpolitikan, meskipun beliau artis favorit saya yaitu Pakde Dhani, si pentolan
grup musik Dewa19. Ahmad Dhani yang hampir sunat dua kali. Kenapa? Totalitasnya
mendukung calon Presiden Prabowo membuat dia yakin atas kemenangan Prabowo.
Dengan lugas tulisan di twitternya “Jika Jokowi memenangkan pilpres, saya akan
potong kelamin saya”. Tak bisa dibayangkan Ahmad Dhani tanpa kejantananya. Tak
bisa dibayangkan nasib Mulan Jmeela. Nasib baik mendekati Mulan Jameela, tapi
tidak dengan Ahmad Dhani. Pilpres dimenangkan oleh Jokowi. Kalau saya boleh
mengira, kemenangan Jokowi karena doa para hater Ahmad Dhani. Mereka berdoa
supaya Ahmad Dhani sunat lagi, entah
siapa Presidennya, hehe. Tapi naas keinginan haters tak dilakukan. Dengan
mengumpulkan media Ahmad Dhani berkata twitt itu bukan saya yang nulis, alias
dibajak.
Aksi kocak bertajuk debus tak hanya terjadi satu-dua kali. Kilah
dengan menawarkan bagian tubuh menjadi kebiasaan para pengisi panggung politik.
Kisah asmara Ahok dan Haji Lulung pun demikian. Dengan menawarkan dua telinga
Haji Lulung siap hilang jika Ahok maju dengan jalur independen. Ahok pun
menuruti sepikan Haji lulung. Dengan bantuan teman Ahok, Ahok siap meng-iya-kan
gombalan Haji Lulung. Diakhir-akhir waktu pendaftaran calon Gubernur, teman
Ahok sudah mengumpulkan fc KTP lebih dari cukup untuk memenangkan Pilgub.
Namun, nasib baik dimiliki Haji Lulung. Koh Ahok terpincut pesona Hanura,
Golkar, dan juga Nasdem. Tuhan masih sayang warga DKI, karna Haji Lulung tak jadi
kehilangan kedua telinganya. Coba bayangkan, Haji Lulung yang seorang DPRD
kehilangan dua telinganya. Gimana nasib masyarakat? Lewat apa aspirasi warga
bisa terdengar Haji Lulung jika sudah kehilangan dua telinganya?
Kisah cinta Ahok dan para pendukungnya berakhir dengan
sebuah penghianatan. Bingung karna jalan indie takut tak menjanjikan, Ahok
akhirnya bersimpuh ke pangkuan parpol. Ada suatu hal yang dilupakan koh Ahok,
masyarakat itu seperti perempuan, akan muda patah hati jika sudah dikhianati.
Jangan salahkan perempuan jika mencari pundak lain untuk bersandar. Jangan
salahkan teman Ahok jika plih calon gubernur yang lain. Ini menjadi pelajaran
berharga buat para perempuan. Janji kesetiaan bukanlah bukti akhir, lantas kita
percaya dengan begitu saja. Seperti Koh Ahok yang katanya setia pada
teman-temanya namun akhirnya berkhianat juga.
0 komentar:
Posting Komentar