Kamis, 03 Maret 2016

Gotong Royong untuk Indonesia

Geger status. Beberapa hari kmaren para pecinta sosmed, khususnya penggemaar sejarah dan novel digegerken dengan status tere liye. Berbondong bondong mengomentari seperti ketika menonton bola. Saling adu pendapat tentang sejarah, siapa yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia?
Inti permasalahanya (pendapat subjektif) terletak pada arti kata ulama, komunis dan sosiali. Komunis dan sosialis ialah sebuah paham atau ideologi, komunis ialah bentuk sosialis baru yang dibawa oleh Lenin. Sedangkan ulama ialah kaum cendikiawan muslim (orang Islam). Ideologi tak bisa disamaken dengan
agama, meskipun ada beberapa yng tak selaras. Melawan imperalisme, menghapus kolonialisme, menegakken keadilan tak bisa dimonopili bahwa itu adalah ajaran sosialisme. Jauh sebelum nama sosialisme lahir (banca'an), gerakan tersebut sudah diajarken oleh Islam. Bahkan sudah diterapkan Nabi Muhammad dan khulafaurrasidin melawan kaum kafirin,
Badiuzzaman Said Nursi melawan imperalis Inggris, dan masih banyak pemberontakan lain. Hal itu juga diakui oleh Muhammad Hatta, H. Agus Salim, HOS Cokroaminoto (dalam
bukunya Islam dan Sosialis).
Jadi sangat riskan jika yang diperdebatken selalu agama dan paham ideologi. Tak salah juga kang Tere beranggapan bahwa perjuangan melawan imperalisme di Indonesia banyak
dilakukan oleh para ulama. Karena diakui Islam agama mayoritas penduduk Indonesia. Islam masuk Indonesia sudah berabad abad diawali perjuangan wali songo. Sosialisme masuk di Hindia Belanda beberapa tahun sebelum merdeka yang dibawa pertama kali oleh Snevleet dan diterusken oleh Muso, Semaun, dll. Diantara para pejuang sosialis (melawan kolonial) mereka juga beragama Islam, seperti Cokro, Haji Misbah, dll. Tan Malaka pun ada yang berpendapat dia muslim. Tapi bukan berarti hal tersebut dapat diajikan alas klaim orang muslim paling berjasa atas kemerdekaan Indonesia. Agama dan ideologi lain pun turut menyumbang perlawanan demi keadilan.
Krisnten, Islam, Hindu, Budha, Kejawen, komunis, sosialis marxis, nasionalis, muhammadiyah, nahdhiyin, slankers, baladewa, bonek, arema, dll semua tupex blek berbondong bondong melawan imperalimse, untuk keadilan, untuk Indonesia. Bayangkan jika mereka berjuang hanya untuk komunitas masing2. Pasti banyak yang bilang "ga ada loe ga rame.. Haha".
(Mohon kritik jika terdapat kesalahan)